Dalam hati, “Alhamdulillah, datang juga hari ini, hari Jum’at, pertemuan ini, yang paling aku rindukan”. Bergiliran satu halaman-satu halaman surat Annisa dibacakan...sejuk sekali hati ini.
Ustadz kami sedang melakukan otopsi, sehingga kami mulai agenda-agenda rutinan kami. Satu orang mulai membuka kata, diantara semangat-semangat membara para dokter muda yang sedang duduk berkeliling ini.
“Hai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan”
Ayat itu begitu lembut mengalun dari bibirnya namun begitu kuat menghujam kedalam jiwa.
Jika diperhatikan dengan seksama, dalam ayat ini tercantum satu perintah yang diapit oleh dua perintah taqwa. Sebuah perintah untuk “memperhatikan kesiapan esok hari” diapit oleh dua perintah taqwa. Aneh kan...buat apa sih, sebuah perintah diulang dua kali dan ditempatkan secara terpisah dalam satu ayat. Pasti ada makna tersendiri dari ini.
Luar biasanya, dalam ayat ini ada perintah Allah bagi kita untuk selalu merencanakan masa depan. Tidak ada tempat untuk “gimana nanti!”, yang ada adalah “hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok”, itu artinya rencana bukan?!. Sehingga kita harus tahu apa yang kita akan lakukan esok hari. Tanyakan ke setiap orang sukses di seluruh dunia. Tanyakan apa yang akan kamu perbuat besok, lusa, dan apa visi mereka. Mereka pasti punya jawaban. Masalah ia katakan atau tidak kepada anda, ya itu lain cerita. Dan seandainya ia katakan “tidak tahu”, maka anda telah dibohongi. Percaya deh, setiap orang sukses selalu punya rencana untuk masa depannya.
Begitupun, setiap umat punya visi, dan umat Islam selalu diajarkan memiliki visi. Visi itu ia ucapkan 19 kali setiap hari, dalam rakaat-rakaan shalatnya. Ihdinashshiraatal mustaqiim, tunjukannlah kami jalan yang lurus.
Istimewanya, Allah perintahkan itu dalam Al Qur’an untuk kita umatnya. Dan perhatikan, bahwa perintah itu tidaklah berdiri sendiri, namun ia ditopang oleh dua perintah yang sama, bertaqwa. Sehingga bisa kita simpulkan, jika kita ingin menjadi muslim/muslimah sukses maka mulailah setiap planning kita dengan taqwa, kita memulainya dengan niatan ikhlas, lillahi ta’ala. Insya Allah hati kita takkan berat lekat oleh dunia, dan dunia akan datang dengan merangkak kepada kita. Bertaqwalah, lalu rencanakan masa depanmu, lalu selesaikan dan hasilkan sesuatu yang membuat kita dan banyak orang juga bertaqwa. Maka Allah-pun menutup perintah perencanaan masa depan tersebut dengan perintah taqwa lagi, sehingga dengan diat dan awal yang penuh nuansa taqwa, proses yang penuh dengan nuansa taqwa, maka hasil yang didapat-pun akan menjadi suatu penguat ketaqwaan kita.
Maka, jika ingin pintar memanage dan menentukan visi masa depan, maka bertaqwalah, jalankan perintah Allah dan jauhi laranganNya, dan jika ingin dapat bertaqwa, maka pintar-pintarlah merencanakan masa depan dengan baik. Walahua’lam.
Hingga akhir agenda, ustadz tidak kunjung datang, karena ternyata otopsi mayat itu memakan waktu yang lama. Ya sudah...kami tutup dengan hamdalah, istighfar dan doa penutup majelis, subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ilaaha illa anta astagfiruka wa-atuubu ilaiih.
Semua punya harapan dan kami sadar bahwa harapan itu layaknya lilin yang nyalanya terus hidup diantara lilin-lilin yang telah padam, karena lilin harapan yang akan menghidupkan kembali lilin-lilin lain yang telah padam. Maka semua berharap, pertemuan ini menjadi barakah untuk semua, menghangatkan diri karena ukhuwah, dan menguatkan jiwa karena iman.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar...Wassalamu’alaykum WW
Dims Al Qassam, Jum’at 30 Januari 2009