Senin, 09 Februari 2009

Lelaki Sejati



Zaman khalifah Umar bin Khatab ada sebuah cerita menarik, sebuah kisah yang akan sedikit mengajarkan kita bagaimana menjadi lelaki sejati…atau merubah paradigma awal kita tentang arti lelaki sejati.

Seorang pemuda kaya yang berangkat dengan berbagai persiapan untuk umrah ke Mekah dengan mengendarai untanya. Ditengah perjalanan ia menemukan suatu tempat yang ditumbuhi pohon kurma dan rumput, kantukpun datang dan ia pun kemudian terlelap dibawah sebuah pohon diantara hamparan rumput hijau nan segar. Tapi ternyata ikatan unta yang ditungganginya ternyata lepas dan menyebabkan unta itu pergi kesana kemari. Kemudian masuklah unta itu ke sebuah kebun, memakan apa yang ada didalamya lalu merusak apa yang ada didalamnya. Seorang kakek, pemilik kebun itu, datang dan mencoba mengusir si unta. Tapi apa daya ia tak mampu berbuat apa-apa sehingga terpaksa membunuh unta tersebut.

Demi melihat untanya mati saat ia terbangun, pemuda itu marah dan setelah mendapat penjelasan sang kakek, pemuda itu memukul sang kakek hingga tewas seketika. Sesal baru datang belakangan dan ia berniat kabur.Dua anak sang kakek datang tepat sebelum pemuda itu kabur dan langsung menangkapnya. Lalu mereka membawa sang pemuda kehadapan Amirul Mukminin Umar ibn Khatab. Pengadilanpun digelar, dan pemuda itu dijatuhi hukuman karena iapun mengakui perbuatannya, “tak ada yang dapat kulakukan sealain menjalankan hukum Allah” kata Umar. Akhirnya pemuda itu minta 2 hari untuk pulang ke kampungnya untuk membayar hutang-hutangnya.

Amirul Mukminin meminta ia menghadirkan penjamin untuk menggantikan dirinya di-qishash jika ia tidak hadir pada waktu yang telah ditentukan. Sayang saat itu tak ada yang dikenalnya karena ia orang baru di tempat itu.
“Biar aku yang menjadi penjaminnya…” kata Abu Dzar Al Ghifari
“Apa kau akan menjadi penjaminnya wahai Abu Dzar, wahai sahabat Rasulullah?” Tanya Umar
“Iya…aku yang akan menjadi penjaminnya.” Kata Abu Dzar

Hari pelaksanaan hukuman tiba dan semua orang menunggu kepastian. Dari jauh tampak seseorang memacu kudanya ke arah kerumunan. Sosok yang mendekat itu ternyata pemuda terdakwa.

Sebelum pelaksanaan hukuman Amirul Mukminin bertanya pada pemuda itu. “Hai pemuda, kenapa kamu kembali padahal kamu dapat meloloskan diri dari maut?”
“Aku datang kemari agar orang-orang tidak berkata, tidak ada lagi lelaki sejati yang menepati janjinya dan agar orang-orang tidak berkata tidak ada lagi lelaki pemberani yang bertanggung jawab di kalangan umat Muhammad SAW” jawab pemuda itu.
Lalu Umar bertanya pada Abu Dzar, “Lalu mengapa kau begitu yakin menjadi pengganti pemuda ini padahal kau belum kenal sama sekali dengannya?”
“Aku melakukan itu agar tidak ada orang yang berkata tidak ada lagi lelaki jantan yang mau berkorban untuk saudaranya seiman dikalangan umat Muhammad SAW” jawab Abu Dzar
Terdengar suara seorang pemuda dari dua orang yang menuntut “Sekarang giliran kami wahai Amirul Mukminin, pemuda itu sudah kami maafkan dan kami tidak lagi mengharapkan apa-apa darinya. Dan kami lakukan ini agar tak ada orang yang berkata tidak ada lagi orang yang lapang dada memaafkan kesalahan saudaranya seiman diantara umat Muhammad SAW”

Luar biasa urusan ini…luar biasa hikmah cerita ini. Selama ini kita memiliki penilaian murahan tentang arti lelaki sejati. Selama ini kita menilai lelaki sejadi hanyalah, lelaki yang berpostur ideal, dada dan bahu bidang, penghasilan tinggi, menawan hati banyak wanita, yang kuat ketika bertarung, yang sanggup mengahisap berbatang-batang rokok setiap harinya, yang punya banyak harta, mobil mewah, dan lain lain yang ternyata semuanya ukuran dunia.
Namun kisah tadi menceritakan pada kita bahwa sejatinya lelaki itu lebih dari memiliki dunia. Mereka memiliki hati yang kuat, azzam yang kuat dan mereka punya Allah dalam hatinya sehingga ati mereka kuat dalam ukhuwah.

Ada tiga kriteria lelaki sejati, yaitu:
1. Lelaki sejati adalah lelaki yang menepati janji dan bertanggung jawab
2. Lelaki sejati adalah lelaki yang mau berkorban untuk saudaranya
3. Lelaki sejati adalah lelaki yang berlapang dada memaafkan saudaranya

Kini, mari kita evaluasi diri, apa nilai sejati bagi para lelaki? Serendah duniawikah atau setinggi surga.

Dims Al Qassam

4 komentar:

ibu dini mengatakan...

menurut saya sih lelaki sejati adalah yang lelaki yang dapat melindungi kaum wanita.....jika wanita berada di dekatnya merasa aman dan nyamanlah dia...

Nina Agustina mengatakan...

ikhwan sejati bukan dilihat dari bahunya yang kekar
tetapi dari kasih sayangnya pada orang disekitarnya
ikhwan sejati bukan dilihat dari suaranya yang lantang
tetapi dari kelembutannya mengatakan kebenaran
ikhwan sehjati bukan dilihat dari jumlah sahabat disekitarnya
tetapi dari sikap bersahabatnya pada generasi muda bangsa
ikhwan sejati bukan dilihat dari bagaimana ia dihormati ditempat kerja
tetapi bagaimana ia dihormati didalam rumah
ikhwan sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan
tetapi dari sikap bijaknya memahami persoalan
ikhwan sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang bidang
tetapi dari hati yang ada dibalik itu
ikhwan sejati bukanlah dilihat dari banyaknya akhwat yang memuja
tetapi dari komitmennya terhadap akhwat yang dicintainya
ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah barbel yang dibebankan
tetapi dari tabahnya ia menjalani lika-liku kehidupan
ikhwan sejati bukanlah dilihat dari kerasnya ia membaca alquran
tetapi dari konsistennya ia menjalankan apa yang ia baca...
(dikutip dr majalah percikan iman) ...semoga bisa menjadi renungan untuk para ikhwan..^_^

abang Thareq mengatakan...

klo nulis tempat "di"-nya dipisah cuy!

dimasluftimas mengatakan...

Banyak orang punya komentar tentang lelaki sejati...tiap komentar luar biasa...
Makasi bwt bu dini n teh nina, jd punya pemahaman baru ttg lelaki sejati...
Bwt thareq...thanks bwt koreksi diksi-nya...