Sabtu, 02 Agustus 2008

Jang Geum

Dayang muda itu terusir dari istana bersama seorang wanita setengah baya dan orang-orang buangan lainnya, kondisi mereka semua kumal hasil hukuman penjara dan siksa. Mereka berdua terselamatkan dari hukuman mati atas tuduhan berusaha meracuni raja, hingga terusir dari istana dan diasingkan ke pulau pembuangan yang justru kini menjadi satu pulau yang cukup maju di Korea Selatan, Pulau Jeju.

Jang Geum, ikon pengabdian masyarakat Korea yang membuatnya mendapatkan gelar Dae, gelar kehormatan bagi bangsa Joseon dahulu.

Siapa yang bercita-cita menjadi seorang dokter? Saya iya…tapi tidak bagi Seo Jang Geum, gadis cerdas nan jelita ini justru bercita-cita menjadi Dayang Istana Utama Uapur Kerajaan Joseon, seorang pemasak kerajaan terhebat, ia ingin menuliskan kisah ibunya yang difitnah dalam buku catatan yang khusus dayang utama dapur kerajaan. Namun nasib menggariskan ia menjadi seorang perawat yang kemudian diangkat raja menjadi dokter kerajaan, dokter wanita pertama dalam lingkungan kerajaan Joseon.

Satu ungkapan inspiratif yang ia tangkap dari gurunya, Dayang Istana Han, “Masakan itu dibuat bukan untuk menyakiti seseorang, tapi untuk membuat orang selalu tersenyum dan sehat. Aku tak akan memaafkan siapapun yang menjadikan makanan sebagai alat untuk menyakiti orang”.

Film ini dibuat bukan untuk menggambarkan kisah cinta yang telah sangat lazim dimata penonton, kisah cintanya hanya segelintir, sedikit sekali. Film ini justru sarat dengan pendidikan, mulai dari pendidikan moral, hingga pendidikan politik. Intrik politik yang disuguhkanpun luar biasa, mulai dari hal korupsi, penyuapan(kolusi), hingga nepotisme yang ternyata memang merupakan tabiat manusia. Mulai dari persekongkolan hingga pembentukan tim gabungan untuk membongkar kejahatan internal kerajaan. Luar biasa, menurut saya ini adalah film yang menegangkan sekaligus mengajarkan sesuatu.

Peradaban manusia, sedari dahulu, memang telah diwarnai oleh nafsu duniawi yang pekat meracun jiwa, kekuasaan merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari apa yang diinginkan manusia. “Dijadikan indah pada pandangan manusia apa-apa yang diinginkan dari perhiasan emas…kuda-kuda pilihan dan binatang ternak…” Allah telah gariskan itu dalam kalamnya yang mulia. Itulah motivasi Jang Geum menjadi Dayang Utama Dapur Kerajaan, karena kekuasaanlah ibunya dibunuh oleh rekan sejawatnya dahulu, sesama dayang istana dapur kerajaan, Dayang Choi, dari keluarga Choi yang memonopoli berbagai jabatan di Istana.

Motivasi utama Jang Geum selalu konsisten, yaitu untuk menuliskan kisah ibunya dalam buku catatan khusus dayang utama dapur kerajaan, biarlah, ia tak terikat hadist Innamal a’malu binniyaat (lha wong, rukun Islam aja ndak tau), namun dalam perjalanan menuju cita-citanya, banyak sekali pesan moral yang dapat diambil dari pribadi seorang Seo Jang Geum. Setiap tindak-tanduknya yang selalu didampingi kecerdasan dan semangat hidup, seperti ketika ia dihukum oleh gurunya untuk mengurus kebun kerajaan yang diisi oleh orang-orang yang sudah tidak memiliki harapan hidup dan cita-cita, maka ia bangun kembali harapan dan cita-cita orang sehingga kebun kerajaan yang tadinya hanya tempat duduk-duduk, menanam bibit tanpa niat memanen, menjadi satu prestasi tersendiri untuknya karena bisa memajukan kembali kebun kerajaan yang dulu tidak ada harapan itu. Atau ketika ia rela mengorbankan nyawanya demi melihat seorang utusan dari Ming (Cina) yang memiliki penyakit diabetes dari gaya hidupnya yang makan seenaknya tanpa diet yang baik menjadi seorang yang dapat mengendalikan nafsu untuk makan secukupnya, bahkan utusan tersebut berubah dari kesal dan marah menjadi respek kepada Jang Geum dan gurunya. Atau ketika ia mengatakan dengan lugas kepada sang raja “yang menyembuhkan seseorang bukanlah dokter, karena dokter hanya berusaha dan kesembuhan ditentukan oleh pasien itu sendiri”, rasanya bangga saya menjadi dokter yang memiliki senior sepertinya. Ialah Jang Geum, refleksi Nafi'un Li Ghairihi.

Marilah kita kembali pada jalan yang lurus, sebelum cerita makin melebar hingga kisah percintaan unik versi orang Korea jaman dahulu yang menurut saya masih lebih mending daripada gaya hubungan pria-wanita non-mahram jaman sekarang. Banyak sekali keutamaan yang dapat kita ambil darinya. Mulai dari kejujuran yang akhirnya berbuah manis untuk semua yang satu visi dalam kebenaran dan pahit sepahit Racun Bunga Mangkok bagi yang memuja kebobrokan, hingga konsep nafi’un li ghairihi, bermanfaat untuk orang lain.

Bagi seorang muslim, ada konsep yang telah Rasulullah SAW gariskan, khairunnaas anfa’uhum linnaas, manusia terbaik adalah dia yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. Sehingga sedari dulu, menjadi seorang muslim berarti menjadi manusia yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain, dan manfaat itu tak hanya terbatas bagi sesama muslim, bahkan untuk bukan muslim pun bagi seluruh alam. Ya, Allah jadikan manusia sebagai khalifah fil ardhi, status yang sejatinya untuk seorang muslim.

Sebagaimana nilai sedekah hanya dari menyingkirkan duri di jalanan. Berapa banyak kaki yang terselamatkan, berapa banyak roda yang aman dari pecah ban dan berapa banyak kecelakaan dapat terhindar hanya karena satu perbuatan kecil, menyingkirkan duri atau paku dari jalanan. Allah Maha Kaya hingga ia membalas tiap zarrah amal kita dengan balasan berlipat ganda, dan Rasulullah SAW memang pribadi yang cerdas hingga ia mengatakan pada kita untuk ”janganlah meremehkan perbuatan baik sekecil apapun”.

Maka malulah kita seandainya Jang Geum yang tak membaca Qur’an Surat Cahaya ayat 31 namun begitu tertutup pakaiannya (tinggal memakai jilbab), memiliki sense of crisis terhadap apa yang ia lakukan, penuh penghayatan, penuh pengabdian, penuh motivasi, dan ia ingin menjadi manfaat untuk orang lain, sedangkan kita hanya hidup termangu apa adanya tanpa usaha. Menjadi apapun baginya adalah karya nyata pengabdian terbaik, menjadi pemasak ataupun dokter. Khairunnaas anfa’uhum linnas.

Pada akhirnyapun ia dapat mewujudkan cita-citanya, menuliskan kisah ibunya dalam buku catatan khusus Dayang Istana Utama Dapur Kerajaan.

Dimas E Luftimas

3 komentar:

Foezi Citra Cuaca Elmart mengatakan...

subhanalloh,,,pemikirannya,,,

Ahyani Raksanagara mengatakan...

semoga kita selalu dapat memberi manfaat bagi sesama

dimasluftimas mengatakan...

Terima kasih untuk comment-nya...
semoga bisa terus berkarya...
suka mandek nih...doakan ya