picture from: http://drinks.seriouseats.com
Saat saya mulai menulis artikel ini, saya memulainya dengan googling frase working with style, dan saya baru menemukan 1.790.000.000 pencarian
untuk frase ini, namun tidak ada artikel mengenai frasa ini di wikipedia®. Dari
hasil pencarian yang saya lakukan, tampaknya frasa working with style banyak
menggambarkan pekerjaan desain dan seni.
Saya akan membicarakan tentang working
with style yang lain, yang biasa kami sebut WWS suatu kebiasaan yang sedang
saya dan 3 orang kawan gemari. Ketika didera kesibukan pekerjaan yang membuat
orang lain bertanya “apa sih yang lo
kerjain” dan saya akan menjawab “lo
ga akan kebayang”, maka kami biasanya keluar dari kantor lalu mencari suatu
tempat yang cukup nyaman untuk melakukan pekerjaan dan menyelesaikannya.
Pekerjaan yang saya dan kawan-kawan lakukan sebenarnya bukan suatu pekerjaan
istimewa yang akan membuat orang lain tercengang karenanya. Hanya pekerjaan
yang sama saja dengan saat saya melihat orang lain mengerjakan sesuatu dan
berkata, “ngapain sih orang itu, kok
kayaknya sibuk banget”, yah, sama tidak terbanyangnya. Nahh, saat ini,
sekali lagi saya tidak akan membicarakan tentang pekerjaan saya sebagai seorang
dosen junior yang juga seorang dokter (lho...), saya akan membicarakan tentang working with style.
Sejak setahun lebih yang lalu, saya dan beberapa kawan sering bekerja di
luar kantor sambil makan, minum kopi atau apapun dan pekerjaan kami-pun
selesai. Inilah yang kami sebut working
with style, dimana proesionalisme kerja dipadukan dengan hobi makan diluar
di tempat yang terjangkau (tentunya dari segi harga atuh...), kadang sesekali di tempat mahal dan bisa pesan makanan
aneh (biasanya pada kondisi yang biasa kami sebut “saat harga tidak menjadi masalah”), sehingga menyelesaikan
pekerjaan menjadi sesuatu yang nikmat dan menyenangkan. Mengkonsep dan
mengerjakan urusan kepanitian super camp pernah kami kerjakan pada working with style ini, menyiapkan bahan
kuliah dan lab, mengkonsep ujian mahasiswa, mengerjakan tugas kuliah S2,
membaca dan mengkaji jurnal, mengerjakan tesis, bahkan sekarang saya menikmati “menulis”
pada saat working with style ini.
Nah, ini yang menarik, dengan WWS ini kami bisa menyelesaikan semua itu dengan
stress yang minimal. Yess...
Menjadikan working with style
sebagai suatu bagian dari life-style tentunya
memiliki konsekuensi tertentu, beberapa lah. Yang saya rasakan tentunya adalah
konsekuensi finansial (istilahnya adalah labil
ekonomi®). Hal ini menjadi konsekuensi yang tidak terlepaskan dari bagian
aktifitas baru yang menyenangkan ini. Mau tidak mau saya harus rela merogoh
kocek untuk menjalankan aktivitas ini, untuk menyiasati jadi boros yang tidak
produktif, maka seringnya kami memilih tempat yang bervariasi terutama dari
sisi harga dan ternyata banyak tempat yang nyaman untuk WWS tapi tidak mahal
(akan ada referensinya pada artikel lain). Konsekuensi lain, pengetahuan
tentang tempat-tempat menarik untuk working
with style dengan berbagai variasinya, mulai dari variasi harga, konsep,
tingkat keenakan makanan, hiburannya dan lain-lain.
Saat ini saya sedang melakukan working
with style yang kesekian, sudah lupa yang keberapa kali, yang jelas saya
bersama kawan-kawan yang jam terbang working
with style-nya lebih banyak daripada saya. Kali ini di tempat yang menurut
saya cukup menarik dan bagus untuk working with style, dengan konsep
perpustakaan dan sangat ke-rumah-an, disertai hiburan musik live yang terkesan sedang kursus piano
tapi kok menurut saya bagus-bagus aja. Nah, untuk cerita tempat ini akan ada
khusus artikelnya dari saya atau mungkin kawan-kawan saya. Membuat tulisan ini
mengingatkan saya pada awal pertama melakukan WWS ini bersama pak koordinator
tahun, pak Hasan, dan kawan-kawan pecinta WWS, seru...
Sekian dulu ah, tulisan tentang working with style ini belum pernah saya
temukan di tempat lain. Semoga bermanfaat. Terima kasih untuk indah, Halley dan
Ajeng. Selamat bekerja, khususnya menyelesaikan tesis. --ari keur WWS teh tong
sare wae, meh gancang beres tesis-na—
Wassalam
Dimas Luftimas